Ujang Firgo Tata Usaha SD Negeri 02 Payakumbuh
Kata Tirai Bambu, mengajak ingatan kita sejenak pada Negara China. Negara yang banyak menghasilkan bambu, yang makanan utama dari hewan yang bernama Panda. Pohon ini sangat berguna sekali bagi kelangsungan hidup manusia mulai dari akar yang berperan penting sebagai penahan erosi agar mencegah kebanjiran, batang bermanfaat untuk membuat atap rumah, dinding, peralatan rumah tangga, alat musik tradisional, sebagai bahan baku kontrusksi, sedangkan daun bermanfaat untuk kesehatan seperti penyembuhan pada luka, detoksifikasi, perawatan kulit, melancarkan system pencernaan, memperkuat jaringan rambut dan kuku, seta banyak lagi manfaat akar, batang dan daun bambu.
Bambu merupakan pepohonan yang kuat, bagaimanapun angin menerjang, hujan mengguyur dan banjir menghadang, bambu tetap bertahan bersama akarnya, semakin terusik kehidupan bambu maka semakin bertambah kuat akarnya. Berguguran itu berupa dedaunan yang telah pantas untuk gugur, daun tua muda dan pada akhirnya mati dan kering.
Belajar dari bambu yang awalnya akan dimulai dengan ukuran hanya beberapa sentimeter pertahun, ini terlihat pada pertumbuhan akar. Bambu akan tumbuh subur dan kuat terlihat pada usianya telah melebihi lima tahun, saat tinggi menjulang itulah bambu akan siap untuk diterpa anging kencang, badai, panas dan hujan dikarenakan akarnya telah kuat tertancap ke bumi, hidup dan tumbuh dengan cara berdampingan dengan bambu yang lain sehingga membentuk rumpun bambu yang banyak serta makin kuat.
Manusia harus memiliki pondasi yang kuat serta menyelaraskan dasar kehidupan yang dijalani dan pripsip hidup yang pada akhirnya mencapai tujuan hidup yang selalu berjalan pada rel yang sudah Tuhan tentukan. Punya prinsip dan tujuan hidup maka tidak akan pernah tumbang, namun bila terjatuh akan mudah segera duduk dan mengambil ancang-ancang untuk berdiri dengan kokoh, sehingga kejatuhan itu akan cepat dijadikan pembelajaran hidup yang lebih bermanfaat suatu hari. Menyempurnakan makna manusia sebagai makhluk yang mulia serta memiliki akhlak dan pikiran tak luput dari cobaan hidup yang datang silih berganti, dengan tujuan agar mampu mengambil ilmu serta hikmah sebagai pelengkap dan penyemangat untuk melanjutkan kehidupan ini, jadikan cobaan itu sebagai peluang untuk menaikkan derajat bagi yang bersabar.
Manusia tidak akan mampu hidup secara individu, hidup yang dijalani selalu bergantung satu sama lainnya saling mengisi, saling berbagi dan saling mencukupi. Manusia sebagai makhluk sosial yang terikat dengan makluk lainnya, tumbuhan hewan dan alam, dari sinilah pondasi serta tujuan hidup makin jelas karena kebersamaan dan bersama-sama melewati gelombang hidup yang beraneka ragam, cobaan demi cobaan itu datangnya dari dalam diri, dan orang lain semata-mata tujuannya untuk pendewasaan dalam melihat kehidupan ini bukan sebelah mata, namun melihat dengan kelapangan hati bahwa alam ini luas.
Filosofi bambu yang di belah dengan cara di injak dan di tarik, pada unggkapan lain yaitu jangan seperti menyelesaikan masalah itu seperti balah rotan, seringkali menjumpai suatu permasalah, baik dalam keluarga kehidupan bermasyarakat maupun di tempat kerja, dalam mengambil suatu kebijakan sering terjadi ketidak seimbangan dalam memutuskan suatu perkara. Jarang sekali saat memutuskan satu perkara mendudukkan dua permasalahan yang terjadi, seperti mengajak kedua belah pihak untuk mendengarkan apa yang terjadi, yang terjadi selama ini hanya cukup mendengarkan dari satu sumber saja, seolah-olah pada pihak yang tak diberikan tempat untuk mengutarakan apa yang sebenarnya terjadi pada permasalahn yang dihadapi, menjadi terdakwa dan dalam daftar namanya di jadikan sebagai manusia yang tak diperlukan. Pada hal sebelum permasalahan itu terjadi posisi mereka yang “terdakwa” itu telah memposisikan dirinya untuk bekerja di luar batas kewajaran, dituntut untuk lebih professional, sedangkan yang memerintah tidak memberikan contoh teladan, di tuntut untuk curah terhadap kinerja, sedangan yang memerintah tidak memberikan wadah yang sepantasnya diterima untuk bawahannya.
Ketidak adilan dalam kehidupan ini sering menjadi problematika yang menahun, bila satu disalahkan maka akan mengalami kesalahan beruntun, jadi dewasa ini kita harus banyak mengakui kemampuan orang, berjiwa besar dan realistis menghadapi kehidupan yang penuh beranekaragam ini. Corong utama untuk berusaha dan berkarya adalah meraih apa yang didambakan, apa yang diimpikan. Tidak perlu memadamkan cahaya orang demi untuk menerangi diri sendiri, bila semakin hal ini yang terjadi maka ditanyakan bagaimana prinsip hidup seseorang yang telah melenceng pada prinsip dan filosofi pohon bambu. Setiap individu punya batas tersendiri dalam bekerja, berusaha, berprestasi dan bersosialisasi. Bila hari ini lampu orang telah banyak kita padamkan demi menerangi lampu kita sendiri, maka bersiap-siaplah lampu kita juga akan dipadamkan dari berbagai arah, bahkan dipaksa untuk dipadamkan. Setiap diri punya versi terbaik dalam berbagai sisi terkadang penilaian telah menganggap mereka buruk, ternyata penilaian itu justru sebaliknya, tidak ada yang tahu proses hidup yang dijalanani baik itu teman kerja, maupun dalam kehidupan kita bermasyarakat, dikarenakan kita tidak hidup menempel selama dua puluh empat jam dengan mereka.
Jadi bertemanlah sewajarnya, menilailah sewajarnya juga, bila kita menganggap ada rekan yang perangainya buruk dimata kita, maka cobalah dekati ia ajak bicara, dan selesaikan dahulu urusan ini secara sendiri, maka kita akan tahu kenapa mereka memiliki sifat tingkah laku atau perkataan yang membuat hati menjadi jengkel. Kembali pada filosofi yang di ambil dari pohon bambu, keberadaan bambu itu tumbuh bila telah di babat habis sampai ke akarnya maka akan berdampak fatal bagi kelangsungan hidup di masyarakat. Peribahasa yang sering tergengar mengatakan kebaikan yang kita lakukan pada siapapun itu akan kembali lagi pada diri kita sendiri, atau pada dasarnya kebaikan yang kita lakukan sebenarnya untuk diri kita sendiri juga, dan bila kejahatan yang kita lakukan juga akan kembali untuk diri kita sendiri. Tinggal pilih apakah kita melakukan yang terbaik atau yang terburuk.
